Saturday 20 February 2016

Kiat dan Manajemen Pendakian


Dari berbagai kasus hilangnya teman-teman yang sedang melakukan pendakian, faktor penyebabnya adalah manajemen pendakian yang kurang baik. Apalagi jika pendakian itu dilakukan berkelompok.
Manajemen pendakian sangat diperlukan demi suksesnya pendakian itu sendiri.
Seperti kasus hilangnya salah satu pendaki di Gunung Kerinci dan Gunung Sindoro.

Sebenarnya teman kita tersebut mendaki dengan rombongannya. Pertanyaannya adalah "kenapa dia tersesat seorang diri, padahal dia melakukan pendakian bersama belasan rekannya?"
Baiklah.
Posting kali ini saya akan memaparkan beberapa tips untuk teman-teman agar menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan pendakian.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar manajemen pendakian menjadi lebih optimal, diantaranya :
1. Pertimbangan logistik.
Logistik atau bahan makanan sangatlah penting dalam proses pendakian. Oleh karena itu, usahakan menghitung lama perjalanan. Sehingga dapat memperkirakan berapa banyak logistik yang harus dibawa.
2. Proses aklimatisasi.
Aklimatisasi dapat diartikan sebagai proses penyesuaian diri terhadap lingkungan dan batas ketinggian. Maksudnya, pendakian yang baik adalah pendakian yang memperhatikan jarak tempuh dan batas waktu untuk berhenti dan mendirikan camp. Misalnya saja seperti gunung Semeru. Kita disarankan untuk melakukan pendakian selama 3 hari 2 malam.

3. Bagi kelompok menjadi 3 bagian.
Setelah poin 1 dan 2 sudah teman-teman pahami. Selanjutnya lakukanlah pembagian tugas.
Seperti dibawah ini.
a. Leader
Leader atau pemimpin pendakian adalah orang yang sudah mengetahui medan dan memiliki lebih banyak penglaman. Tugasnya adalah memberikan pengarahan kepada semua anggota. Misalnya saja himbauan untuk istirahat dan mengecek kelengkapan anggota. Selain itu, seorang leader harus memiliki kecakapan tekhnik-tekhnik pendakian. Leader biasanya berjalan paling depan dari semua anggota.
b. Sweeper
Sweeper dalam bahasa indonesia berarti penyapu. Sesuai dengan namanya, sweeper bertugas menyapu semua anggota pendakian. Posisi sweeper sendiri harus selalu berada dibelakang sendiri. Hal itu dijadikan patokan agar semua anggota tidak ada yang tertinggal.
c. Peserta pendakian
Tim yang kuat adalah tim yang solid. Kepaduan dan kepadatan kelompok tidak tergantung pada leader dan sweeper yang hebat. Melainkan kerjasama tim dan pemahaman antara satu anggota dan lainnya. Saya ibaratkan saja seperti kereta api. Kereta tanpa lokomotif (leader) pasti tidak bisa berjalan. Kereta tanpa adanya gerbong(sweeper) sama saja menyulitkan lokomotif. Sedangkan adanya penumpang (peserta pendakian) tergantung kereta yang membawa mereka. Begitulah kira-kira hubungan dari satu kesatuan sebuah kelompok pendakin. Semua saling membutuhkan dan saling mengisi agar dapat berjalan lancar.

Catatan :
- segera mencari tempat untuk mendirikan camp apabila tim sudah pincang atau cidera.
-lakukan sulaman antara anggota yang memiliki kebugaran yang bagus dan kurang bagus. ||H2S||
Sekian posting tentang manajemen pendakian. Semoga bermanfaat dan selamat berpetualang. smile emotikon
sumber : Pecinta Kaldera

0 comments:

Post a Comment