Pintu Rimba Pos Gunung Slamet |
Basecamp Gunung Slamet |
Tim Gunung Slamet |
Diawal tulisan puncak bukan tujuan utama, perjalanan kali ini kurang baik mengingat dari 4 orang (rombongan) ini 2 orang dari sahabat mengalami kondisi yang tidak memungkinkan, karena faktor perjalanan sehingga subuh menjelang summit ke puncak, jantung dari mas arif dan mas sumarwan berdegup keras dan ulu hati terasa menusuk. sementara penulis dan mas ambon (keturunan maluku) masih sanggup untuik summits ke puncak tapi rasanya tidak ada kebersamaan. akhirnya di putuskan untuk kembali ke tenda dan next time bisa menggapai puncak gunung slamet, ntah sampai kapan.
memang belum sampai di cadas, posisi terakhir dan mendirikan tenda di pertemuan jalur via Baturaden dan Bambangan.
Pos 2 Gunung Slamet |
Tetapi untuk pengetahuan sahabat - sahabat nantinya, bisa membaca referensi link yang menurut penulis lengkap untuk di rekomendasi bagi yang ini ke Gunung Slamet, 3428 Mdpl.
link sumber : https://www.ardiyanta.com/2017/03/pendakian-gunung-slamet-via-bambangan.html
Di Persimpangan 2 Jalur Via Bambangan dan Purbalingga sekalian ngecamp |
Kenalan dulu yuk dengan gunung yang punya ketinggian maksimal 3.428 mdpl ini. Tinggi banget yak, gak heran sih gunung ini jadi atap tertingginya Provinsi Jawa Tengah. Gunung ini masuk wilayah administrasi beberapa kabupaten diantaranya adalah Purbalingga, Purwokerto, Brebes, dan Tegal yang familiar kita kenal dengan wilayah Jawa Ngapak. Puncaknya bernama Puncak Surono yang konon bermula dari seorang pendaki di jaman dahulu bernama Surono yang terpeleset di puncak dan akhirnya meninggal. Entah kenapa alasannya, nama Surono diabadikan sebagai nama puncak Gunung Slamet. Selain itu untuk mengenang almarhum juga dibangun sebuah tugu di puncak. Di dekat puncak terdapat kawah menganga bernama Segoro Wedhi (Lautan Pasir) yang masih aktif mengeluarkan asap belerang yang baunya sangat pekat menusuk hidung terutama kalau kita lagi di puncaknya.
JALUR PENDAKIAN
Ada beberapa jalur pendakian resmi Gunung Slamet yang bisa kita
pilih untuk menuju ke puncaknya. Ada jalur Bambangan di Purbalingga, jalur
Baturaden di Purwokerto, ada jalur Guci yang ada di Tegal, jalur Kaliwadas di
Brebes, dan juga jalur Dipajaya yang masuk Kabupaten Pemalang. Setiap jalur
punya karakteristiknya masing-masing. FYI aja nih, kalau ada beberapa spot di
jalur pendakian Slamet yang konon katanya angker dan udah jadi rahasia umum
sih. Ada air terjun Guci yang konon katanya bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit, ada mitos manusia kerdil yang dulunya adalah pendaki yang tersesat
yang lama-kelamaan memakan tanaman untuk bertahan hidup sampai-sampai
kehilangan jati dirinya sebagai manusia, dan yang paling menyeramkan adalah dua
pohon besar di jalur pendakian Bambangan yang konon merupakan pintu
gerbang menuju alam gaib serta terdapat pos yang bernama Samarantu
yang katanya bermakna samar-samar ada hantu. Hmmm, mayan bikin bulu kuduk
merinding sih. Tapi bisa dijadikan referensi aja siapa tahu emang ntar ketemu.
Eh, bercanda… Jadikan semua itu kearifan lokal yang patut dihormati dan yang
penting jaga sopan santun saat mendaki.
Kala itu kami menuju puncak Gunung Slamet lewat jalur paling mainstream namun menjadi yang difavoritkan pendaki kalau mendakinya yaitu jalur Bambangan yang ada di Kabupaten Purbalingga.
Kala itu kami menuju puncak Gunung Slamet lewat jalur paling mainstream namun menjadi yang difavoritkan pendaki kalau mendakinya yaitu jalur Bambangan yang ada di Kabupaten Purbalingga.
Pendakian Gunung Slamet Jalur Bambangan
Kalau ditanya kenapa pilih jalur Bambangan sebagai awal pendakian
menuju puncak Gunung Slamet tak lain karena memang jalur tersebut yang paling
populer di kalangan pendaki. Untuk yang pertama kali emang enaknya kalau pakai
jalur yang paling rame dulu gapapa lah, baru yang selanjutnya bisa mencoba
jalur lain yang lebih menantang.
Menuju basecamp Bambangan makin kesini makin gampang aja. Di Stasiun Purwokerto sudah ada angkutan yang khusus untuk pendaki yang ingin menuju basecamp. Saran saya sih mending kalau yang dari luar kota dan ada jalur kereta ke Purwokerto lebih enak kalau pakai kereta dan dilanjut dengan angkutan umum yang khusus untuk pendaki tersebut. Bahkan sampai ada paguyuban dan tanda pengenalnya juga lho. Mereka akan mengantar ke basecamp sekaligus menjemput untuk diantarkan lagi ke stasiun atau terminal.Waktu tempuh antara Stasiun Purwokerto dan Basecamp Bambangan hanya satu jam perjalanan saja. Sembari menuju basecamp juga bisa sekalian membeli logistik yang belum lengkap. Banyak warung-warung kok sepanjang jalan menuju Bambangan.
Menuju basecamp Bambangan makin kesini makin gampang aja. Di Stasiun Purwokerto sudah ada angkutan yang khusus untuk pendaki yang ingin menuju basecamp. Saran saya sih mending kalau yang dari luar kota dan ada jalur kereta ke Purwokerto lebih enak kalau pakai kereta dan dilanjut dengan angkutan umum yang khusus untuk pendaki tersebut. Bahkan sampai ada paguyuban dan tanda pengenalnya juga lho. Mereka akan mengantar ke basecamp sekaligus menjemput untuk diantarkan lagi ke stasiun atau terminal.Waktu tempuh antara Stasiun Purwokerto dan Basecamp Bambangan hanya satu jam perjalanan saja. Sembari menuju basecamp juga bisa sekalian membeli logistik yang belum lengkap. Banyak warung-warung kok sepanjang jalan menuju Bambangan.
Sampai di basecamp kita wajib melakukan registrasi dan mengurus
administrasi. Kalau datang secara rombongan kita harus menulis nama seluruh
anggota rombongan dan meninggalkan KTP salah satu wakilnya. Buku tamu
dipisahkan perwilayah antara Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa
Tengah, serta Jawa Timur & Luar Jawa. Jadi buku tamu untuk pendaki dari Jawa Timur
dan Luar Jawa dijadikan satu,
mungkin karenamasih belum terlalu banyak pendaki yang naik
Slamet yang berdomisili dari daerah tersebut.
Tak lupa membayar karcis masuk
yang masih lumayan terjangkau lah untuk kalangan mahasiswa. Saat akan mendaki
kita juga bakal dibekali dengan peta jalur pendakian yang terdapat pula
estimasi waktu dan jarak tempuh antar pos. Selain itu juga bakal diminta
membawa dua bibit pohon yang harus dibawa naik dan ditanam di gunung.
Basecamp – Pos 1 (2,5 jam)
Pendakian dimulai dengan melewati gerbang hits di dekat basecamp.
Belum terlalu menanjak karena masih melewati area perkebunan warga, namun
susahnya banyak cabang jalan yang ada di kebun-kebun itu yang sedikit
membingungkan. Belum apa-apa kami sudah bertanya sama warga dimana jalur
pendakian yang benar.
Saat di ladang yang banyak cabangnya, ikuti jalur pendakian yang
ke arah kiri. Setelah beberapa tanjakan terlewati kita bakal menemukan deretan
warung sederhana berjajar dengan senyum ramah ibu-ibu menawarkan dagangannya.
Awal sampai disitu pasti mengira kalau sudah sampai di Pos 1, ternyata itu
hanya pos bayangan saja. Pos 1 masih jauh banget coy. Tapi segarnya semangka
yang menggoda apalagi pendakian di siang bolong yang terik, sepertinya tak ada
salahnya untuk mampir sejenak sekalian mencicipi tempe kemul yang hangat untuk
menambah tenaga.
Tak berapa lama bakal dijumpai trek Slamet yang sebenarnya dengan
tanjakan yang menghajar dengkul. Vegetasi juga mulai memasuki hutan pinus yang
rimbun.
Sampai juga kami di Pos 1 yang bernama
“Pondok Gembirung”. Terdapat beberapa warung di Pos 1 tersebut yang
sebagian besa menjajakan makanan ringan, nasi, dan yang menjadi ciri khas
adalah setiap warung pasti ada yaitu semangka dan tempe mendoan. Waktu tempuh
kami dari basecamp menuju Pos 1 memang agak molor yaitu 2,5 jam karena
banyak penggoda iman yang memaksa kami untuk singgah agak lama untuk
menikmati santapan khas Gunung Slamet.
Pos 1 – Pos 2 (±1 jam)
Menuju Pos 2 trek pendakian makin
dipersulit dengan keadaaan semalam yang sepertinya turun hujan. Tanjakan
yang sebetulnya mudah dilalui, tapi karena becek dan licin sehingga perlu
tenaga ekstra untuk melewatinya.
Hingga
sampai di ujung suatu tanjakan terlihat beberapa warung dengan aroma tempe
mendoan yang menyeruak. Itulah pos 2 yang bernama "Pondok Walang".
Pos 2 – Pos 3 (±1 jam)
Makin ke atas, hutan makin lebat dan akan
banyak melewati jalur pendakian yang menyerupai cerukan sempit sebagai jalan
air mengalir.
Kami sampai di Pos 3 menjelang magrib,
karenanya kami singgah sejenak untuk menyeruput teh hangat yang tentunya kami
nggak masak air sendiri tapi beli di warung yang ada di pos tersebut.
Hingga Pos 3 kami masih bisa menjumpai warung. Enak juga ya, Gunung Slamet
sekarang bisa bikin tas carrier jadi lebih enteng.
Pos 3 – Pos 4 (±1 jam
20 menit)
Karena kami mulai pendakian sekitar jam 1
siang, sehingga selepas Pos 3 pun hari sudah gelap. Kami keluarkan head
lamp untuk
menerangi jalan kami menuju Pos 4 yang bernama Samarantu. Yap, pos yang cukup
tenar namanya karena cerita-cerita mistis yang beredar. Kami sih yakin saja
karena kami mendaki dengan niat baik dan gak berulah macem-macem.
Pos 4 ternyata berbentuk tanah yang tidak
begitu lapang dan banyak pohon besar yang sudah tumbang. Kami lihat saat itu
ada dua tenda yang ngecamp disitu. Kami kira
karena banyak cerita horror tentang Pos 4 sehingga bikin pendaki menghindari
mendirikan tenda di Pos Samarantu, ternyata nggak semua berfikir kayak
gitu juga kan.
Kami
pun beristirahat sejenak sembari melihat sekeliling yang keadaannya memang
cukup mencekam. Tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara wanita tertawa. Kami yang
awalnya sedang mengobrol pun seketika terdiam. Setelah kami telusuri arah suara
berasal dari tenda. Hmmm, berarti emang ada pendaki wanita disitu. Positive thingking saja lah.Kami berencana ngecamp di Pos 5. Itu pun kami harap-harap cemas dapet lapak buat mendirikan tenda atau tidak.
Pos 4 – Pos 5 Camp
(±30 menit)
Jarak antara Pos 4 ke Pos 5 memang tidak
terlalu jauh, tapi rasanya jadi agak jauh. Mungkin karena badan sudah lelah
mendaki dan ingin segera merebahkan diri di dalam tenda.
Sampailah kami di Pos 5 yang ternyata
ramai banget dengan tenda yang sudah berdiri. Oh iya, masih ada warung juga di
Pos 5 loh. Kami keliling di sekitaran pos tersebut untuk melihat apakah masih
ada lokasi untuk kami mendirikan tenda. Lalu kami putuskan menaruh carrier
terlebih dahulu dan sebagian anggota mencari lokasi agak ke atas.
Alhamdulillah masih ada satu lokasi untuk 2 tenda tersisa. Benar-benar
tinggal itu saja yang tersisa. Entah kebetulan atau apa kami nggak tahu yang
jelas kami sangat beruntung. Coba kalau tempat itu sudah ada yang menempati,
artinya kami harus lanjut ke Pos 6 untuk dijadikan tempat bermalam kami.
Malam saat itu kami lewati dengan begitu
cepat. Rasanya baru saja merebahkan badan di dalam hangatnya sleeping
bag tau-tau
alarm berdering tanda kami harus bangun dan memulai summit
attackdengan
jarak yang masih lumayan jauh. Kami tak terlalu banyak berharap mendapat sunrise di puncak
mengingat masih ada Pos 6 sampai Pos 9 yang harus kami lewati meski jarak antar
posnya sudah gak begitu jauh seperti pos-pos sebelumnya. Kami memulai
perjalanan meninggalkan Pos 6 sekitar pukul 04.30 WIB setelah sebelumnya
mengisi perut dengan yang anget-anget dan sekalian sholat subuh.
Seperti jarak
Pos 5 menuju Pos 6 yang nggak terlalu jauh, begitu pula Pos 6 menuju
Pos 7. Hingga kami mendapati pemandangan sunrise keren
di Pos 7 itu. Kondisinya banyak pepohonan rimbun namun untungnya bagian yang
menghadap timur lumayan terbuka sehingga pendaki yang kesiangan termasuk kami
bisa menikmati hangatnya matahari terbit di Pos 7. Di pos ini juga ada warung
loh. Inilah warung yang paling tinggi di jalur pendakian Slamet via Bambangan.
Bisa lah kalau mau menyeruput kopi atau teh manis panas sambil menikmati
munculnya mentari di ufuk timur.
Saat di ladang yang banyak cabangnya, ikuti jalur pendakian yang
ke arah kiri. Setelah beberapa tanjakan terlewati kita bakal menemukan deretan
warung sederhana berjajar dengan senyum ramah ibu-ibu menawarkan dagangannya.
Awal sampai disitu pasti mengira kalau sudah sampai di Pos 1, ternyata itu
hanya pos bayangan saja. Pos 1 masih jauh banget coy. Tapi segarnya semangka
yang menggoda apalagi pendakian di siang bolong yang terik, sepertinya tak ada
salahnya untuk mampir sejenak sekalian mencicipi tempe kemul yang hangat untuk
menambah tenaga.
Tak berapa lama bakal dijumpai trek Slamet yang sebenarnya dengan
tanjakan yang menghajar dengkul. Vegetasi juga mulai memasuki hutan pinus yang
rimbun.
Sampai juga kami di Pos 1 yang bernama
“Pondok Gembirung”. Terdapat beberapa warung di Pos 1 tersebut yang
sebagian besa menjajakan makanan ringan, nasi, dan yang menjadi ciri khas
adalah setiap warung pasti ada yaitu semangka dan tempe mendoan. Waktu tempuh
kami dari basecamp menuju Pos 1 memang agak molor yaitu 2,5 jam karena
banyak penggoda iman yang memaksa kami untuk singgah agak lama untuk
menikmati santapan khas Gunung Slamet.
0 comments:
Post a Comment