Thursday 24 November 2016

Refleksi HGN : “Jadilah Guru Pejalan Kaki” Pesan Pak Taktong Di Pedalaman



Guru beserta Staff MTs Negeri Kota Tengah melaksanakan Upacara HGN
Hari ini, tepatnya di hari jumat berkah semua Guru yang ada di Republik ini melaksanakan UPacara dan berbagai kegiatan dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional ke 71 (PGRI) yang jatuh pada tanggal 25 November 2016, Dengan momentum menjadikan Guru-guru atau pahlawan tanpa tanda jasa ini bisa terus hadir membawa senyum, berbekal kasih sayang, menyongsong anak-anak didik dengan kasih sayang, hadir dengan hati dan sepenuh hati, berkorban tenaga dan materi untuk memajukan pendidikan di negeri ini.

Pendidikan Urusan siapa ? Urusan kita bersama, karena mendidik adalah kewajiban setiap orang yang terdidik.

Pengibaran Bendera Merah Putih
                Potret Indonesia hari ini, seperti dalam amanat pagi ini (Kepsek MTs Negeri Kota Tengah yang di wakili oleh Bapak Ngatirul, S.Pd), adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Portet dunia pendidikan hari ini juga adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan Rumah Kita dan Sekolah ini menjadi zona berkarakter mulia, Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan, biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya, Gurunya sebagai figure-figure bersih dan terpuji karakternya.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan, karakter diajakan melalui teladan. Oleh karena itu, Guru harus menjadi figure-figur yang diteladani oleh anak-anak. Tampil dan berpenampilan kita sebagaiamana layaknya sosok seorang pendidik yang wajar dan pantas.  Memang tugas seorang guru memang berat, jika dianggat tugas itu berat maka beratnya, terima lah sebagai satu tugas dan tanggung jawab dengan cara positif, maka mudahlah..
Hadist Rasulullah SAW, yang artinya :
                “Siapa yang meninginkan dunia, dia harus punya ilmu, siapa yang menginginkan akhiran, dia harus punya ilmu, siapa yang menginginkan keduanya, dia harus punya ilmu”.
                Pesan singkat yang sungguh menusuk kalbu dan harus menjadi momentum untuk pendidikan di Negeri ini secara umumnya, di mana pendidikan di negeri masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan Negara –negara maju. Kita refleksi lagi beberapa kabar dan kejadian yang kadang membuat kinerja guru sebagian yang sangat tidak pantas kepada anak-anaknya. Tentu ini bukan menjadi contoh yang baik. Padahal kita bisa membuat sejarah bara semangat para pejuang dahulu yang sangat membanggakan dan patut di abadikan sebagai pahlawan, mereka bukan menanyakan “apa yang di berikan Negara kepada saya” tetapi yang mereka pikirkan “bagaimana nasib bangsa ini dari rakyat (generasi) selanjutnya”.

Pemimpin Upacara
                Berbicara tentang potret pendidikan secara umum, teringat waktu melaksanakan kegiatan UIN Suska Mengajar di Desa Rantau Lansat, Kec.Batang Gansal,Kab.Inhu (Dalam Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh) di Suku Melayu Tua dan Suku Talang Mamak tahun 2012. Bertemu dengan seorang tokoh yang luar biasa “Pak Taktong”, beliau menghabiskan waktu untuk mengajar, berjalan kaki berhari – hari, datang ke dusun-dusun untuk membuat sanggar, dan dengan keterbatasan fisik tetapi bukan menjadi alas an beliau untuk mengajar. Tak bisa dibayangkan dengan menghabiskan waktu 2 minggu untuk melakukan perjalanan ke dusun-dusun dan 2 minggu pula untuk mengajar dan it u terus beliau laksanakan sampai saat ini.  Saat itu, beliau bercerita panjang lebar dengan penuh motivasi dan dedikasi kepada kami saat itu. Ada pesan yang masih sangat terkenang “Jadilah Guru Pejalan Kaki”, dan itu membuat spontan, kemudian meminta kepada beliau untuk menjelaskan makna tersebut. Mungkin tidak sepenuhnya kata yang diingat tetapi bisa dimaknakan. “Jadilah Guru yang pejalan kaki, sehingga kita bisa melihat, menyapa, menegur dan bersenda gurau dengan anak-anak, orang tua serta rerumputan yang kita lalui, tidak dengan menggunakan sepeda motor, yang kadang sempat tak membuat kita sadar, debu yang beterbangan menyumpah serapah akibat kita, tak sempat bertegur sapa dengan anak-anak sangking lajunya”. Pesan singkat tetapi makna yang dalam bagi guru-guru di Negeri ini.
               
Pelajar Madrasah Tsanawiyah Negeri Kota Tengah

“Tua mengayomi, muda menginspirasi dan berkarya, anak – anak lah bibitnya”.


                Padahal menjadi guru bukanlah pengorbanan,  tetapi kehormatan dan amal. Memilih hadir bersama anak-anak, bersama para pemilik masa depan Indonesia umumnya. Bayangkan ketika guru-guru tersebut sudah tidak bisa hadir dan anak-anak yang dididik menjadi orang-orang sukses, tentu jasa ini yang akan dikenang dan do’a dari anak-anak yang sholeh kepada guru-gurunya tentu menjadi amal sholeh.
                 
                Teruslah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Teruslah seperti Laksana embun Penyejuk, sebagai patriot bangsa, Terpujilah Wahai Ibu Bapak Guru, Jasamu akan selalu hidup dalam sanubariku…
“Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangu Karsa, Tut Wuri Handayani”

                Mengutip tulisan sebelumnya “aku,kami dan mereka dengan judul “wak Saleh’ ”

“Kalau kita tidak bisa memberikan cahaya pada kegelapan, jangan salahkan kenapa bisa gelap”.



“Kita Khalifah di Muka Bumi ini, Maka berilah kebaikan dan jagalah. Tanggung jawab kita sebagai manusia”
Guru dan Staff bersama Mahasiswa/i PPL STAI Pasir Pengarayan





0 comments:

Post a Comment