Perjalanan diawal
menjelang menyambut bulan penuh berkah dan rahmat ini, yah,, tepatnya 15 Juni
2015, kebetulan mendapat kerjaan untuk survey persepsi perilaku masyarakat
menjelang Pemilukada serentak melalui LIngkaran Survey Kebijakan Publik yang
berpusat di Jakarta Utara tepatnya di Desa Bangko Balam, Kecamatan Bangko
Pusako, Kabupaten Rokan Hilir, Jarak dari Pekanbaru – Rokan Hilir menempuh
perjalanan 7 Jam ini cukup melelahkan. Pengalaman kesekian kalinya untuk turun
ke lokasi sebenarnya tidak memberikan tetapi medan yang membuat saya
mengeluarkan energy yang begitu besar, baru pertama kalinya menginjakkan kaki
di wilayah tersebut, dengan menggunakan sepeda motor, berjarak + 15 Km
dari jalan raya lintas Sumatra utara, daerah yang mayoritas suku batak dan jawa
ini membuat saya sedikit cemas, bayangkan kiri kanan di isi dengan kedai tuak
dan sesekali BPK dan tempat ibadah dari agama Kristen dan protestan. Tetapi,
Alhamdulillah semuanya begitu lancer, pengalamannya di kantor DEsa berhubung
salah satu pejabat pemerintahannya asik dan bertitle Sarjana Teknik membuat
komunikasi ini menjadi lancar, menyelesaikan tugas dua hari disana menyisakan
kenangan dan pengalaman baru serta pelajaran yang berharga juga, menikmati
sekolah yang dibanggakan oleh Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir, Kampus IPDN
(Institut Pendidikan Dalam Negeri) di Ujung Tanjung, Rokan HIlir, setelah
melanjutkan di Kecamatan Bangko Pusako kami memutuskan untuk meneruskan tugas
ini ke Desa Teluk Nayang, Kecamatan Pujud, kabarnya Desa ini terkenal dengan
daerah ikan arwana. Perencanaan ingin rasanya untuk melihat langsung tapi,
setelah bertanya dan diskusi dengan beberapa penduduk di sana ternyata ikan arwana
tersebut sangat sulit untuk di jumpai dan bahkan penduduk yang kami tanyai
tidak pernah melihat bahkan memilikinya. Jarak dari lokasi awal kami melakukan
survey ini hanya dua jam perjalanan.
Beginilah perjalanan yang di
tempuh menjelang sampai ke pusat kota Kabupaten Rokan Hilir, yaitu Bagan Siapi-
api, penduduk yang kabarnya banyak di tempati penduduk negeri tirai bambu ini
membuat saya lebih penasaran untuk melihatnya, selama ini hanya melihat melalui
media tv dan sosmed perayaan tongkang, mesti kami datang bukan pada waktu yang
tepat tetapi, rasanya untuk melihat langsung kota negeri seribu kubah. Ternyata
setelah kami sampai di kota bagan si api- api saya langsung takjub dengan
kemegahan dan kepadatan penduduknya, bangunan yang tersusun dengan cirri
khasnya negeri seribu kubah. Pertamanya saya juga heran mengapa tugu yang kedua
dijumpai berisi tugu ikan, akhirnya saya mencoba browsing dan bercerita dengan
penduduk setempat. Ternyata Negeri ini mempunyai sejarah yang besar, yaitu
Negeri penghasil ikan terbesar. Saya pun langsung browsing untuk mencari
informasi, ternyata benar negeri ini Bermula dari sekelompok orang tionghoa
dari , provinsi Fujian, china yang merantau menyeberangi lautan dengan kapal
kayu sederhana, didalam kebimbangan arah mereka berdoa agar kiranya kapal ini
dapat penuntun yang tepat. Ternyata Dewa Kie Ong Yang mengabulkan permintaan,
sekejab mereka melihat adanya cahaya yang samar – samar, dengan berpikiran
dimana ada api di situlah ada daratan. Setelah mengikuti arah tersebut mereka
akhirnya bertemu daratan, mereka yang berjumlah 18 orang ini langsung mendarat,
dan keesokan harinya mereka mulai melakukan aktivitas untuk kelangsungan hidup,
sebagian ada yang nelayan. Dari hasil nelayan tersebut mereka takjub begitu
banyak yang mereka dapatkan, akhirnya mereka memutuskan untuk menetap di sana
dan mengajak sanak family dari Negeri Tirai Bambu ini tinggal di Bagan Siapi –
api.
Kantor Bupati Rokan Hilir termegah tapi,sayang belum bisa dihunakan |
Berlanjut pada masa penjajahan,
Belanda melirik daerah ini mempunyai potensi yang besar dan menjadikan perdagangan
di Selat Malaka, akhirnya Belanda menjadikan Bagan Siapi-api menjadi basis
kekuatan laut Belanda dan membangun sebuah Pelabuhan, konon katanya Pelabuhan
ini menjadi Pelabuhan Tercanggih di Selat Malaka, tidak hanya hasil ikan laut
yang saat itu menjadi tumpuan masyarakat Bagan siapi – api. Tapi, ada juga
hasil karet alam yang sangat terkenal. Dimasa perang dunia ke – 1 dan PD ke 2,
Bagan si Api-api disebut salah satu 1 daerah penghasil karet berkualitas tinggi
yang saat itu banyak sekali untuk kebutuhan peralatan perang seperti ban dari
bahan karet.
Berhubung perjalanan waktu itu tidak sampai pada pelabuhannya, mengingat waktu yang diberikan. tapi, insyaallah dilain waktu akan kembali...
banyak versi tentang asal usul Bagan siapi - api.. untuk lebih lengkap nya bisa anda search di mbah google...
sedikit referensi :
wandodiplus.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment