Wednesday 8 April 2015

Pendakian Bersama Di Salah Satu Sebutan Tri Arga, Mampir di Amore Natural

 
Persiapan Pendakian bersama H-2
Gunung Marapi adalah salah satu dari sekian banyak gunung di Sumatera Barat. Secara administratif Gunung Marapi (2891 mdpl) terletak di Nagari Koto baru, Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera Barat. Gunung marapi juga salah satu Tri Arga di Sumatra, Tiga gunung tersebut adalah Singgalang,Merapi dan tandikek.
Kali ini saya memulai pengalaman saya yang pertama dalam membawa rombongan sebelumnya saya bersama dua orang sahabat pada bulan 2 - Februari 2015  mendaki gunung marapi.

 Gunung Marapi yaitu gunung berapi yang terletak di Sumatra Barat, Indonesia. Gunung ini tergolong gunung yang paling aktif di Sumatra. Terletak di dekat Bukittinggi dan Padang Panjang serta memiliki ketinggian 2.891 m. Marapi sudah meletus lebih dari 50 kali sejak akhir abad 18. Kali ini saya bersama teman – teman dari Rokan Hulu 6 orang dan 3 orang dari Pekanbaru menjelajah gunung ini. Perencanaan 10 - 12 April 2015, titik pendakian kami adalah Koto Baru dimana di titik ini juga terkenal dengan tenunan Pandai Sikek. Sebelum ke Gunung Marapi ini juga, saya dan teman – teman juga sudah mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari logistik, tenda, juga alat – alat pendakian lainnya. Team kami sebanyak 3 orang yang di bagi menjadi 2 group. Tentu saja saya yang pernah mendaki gunung, (begitulah bahasanya) :D sangat antusias di banding teman lainnya karena juga ini pendakian yang dilaksanakan di bumi negeri seribu suluk.

Perjalanan Pendakian Gunung Marapi
Kami memulai perjalanan kamu dari koto baru menuju check point pertama yang biasa di sebut check point Tower, di karenakan ada sebuah Tower telekomunikasi yang sudah tidak aktif lagi. Di titik ini saya dan teman – teman mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari air minum juga kelengkapan pakaian dan sepatu. Kami memulai pendakian ini pada pukul 07.00 Pagi. Selanjutnya kami menuju pintu/ awal titik pendakian yang di namakan pesanggarahan. Menurut keterangan dari kawan - kawan terdapat sebuah bekas bangunan (Pesanggrahan) peninggalan Bung Hatta yang dinamakan Amore Natural. Berdasarkan sejarah, sekitar dekade 1950-an, Ibukota Negara dipindahkan ke Bukittinggi karena situasi di Jakarta sedang tidak aman. Maka didirikanlah Amore Natural sebagai tempat rapat petinggi negara saat itu. Namun sekarang bangunan tersebut tidak ada lagi dan hanya fondasi bangunannya saja yang masih tersisa.
Menurut sejarahnya, Gunung Marapi pertama kali ditemukan oleh Sultan Zulkarnaen (Alexander de Greet) yang merupakan seorang raja dari Macedonia. Ketika sedang berlayar di Selat Malaka, dia melihat sebuah Gunung yang berwarna merah menyala. Ia bersama pasukannya pun tertarik dan memutuskan untuk pergi ke gunung tersebut. Sedangkan asal mula nama Marapi dikarenakan Gunung ini berapi. Hampir sama dengan Gunung Merapi di pulau jawa, hanya saja faktor dialek yang membedakannya.

Selanjutnya Setelah pasanggrahan, daerah berikutnya adalah hutan bamboo yang dinamai dengan “parak trintiang”. Parak trintiang masih termasuk kawasan pasanggrahan, hanya saja daerah ini didominasi oleh hutan bamboo. Parak trintiang merupakan salah satu daerah yang dihindari oleh para pendaki untuk dijdikan daerah berkemah,karena mitosnya ini merupakan salah satu daerah yang angker dikawasan gunung merapi.
 
Setelah melewati parak trintiang,trek pendakian akan melintasi daerah hutan belantara, disinilah perjalanan yang akan menghabiskan banyak waktu peralanan, kurang lebih waktu normalnya 5jam perjalanan. Daerah ini didominasi oleh pohon-pohon yang berukuran sangat besar,dan sebagian besar pohon-pohon disini ditutupi oleh tanaman sejenis lumut,serta daerah ini merupakan habitat pacet di gunung merapi.Hutan belantara ini dinamakan akar. Daerah akar dibagi dalam tiga wilayah,dimulai dari yang paling bawah yaitu sebuah daerah yang memiliki mata air, daerah tersebut dinamakan 1750. 1750 merupakan daerah pertengahan gunung merapi, itu artinya jarak tempuh antara keatas dan kebawah gunung merapi adalah sama. Tetapi,mata air didaerah ini hanya berisikan air ketika hujan dan setelah hujan saja.
Setelah berjalan normal sejauh 3jam perjalanan, maka pendaki akan sampai di daerah lapang dan terbuka. Daerah ini cukup luas dan bisa digunakan untuk mendirikan lima sampai enam tenda doum ukuran lima orang. Daerah ini dinamakan paninjauan. Paninjauan juga merupakan daerah yang memisahkan 1750 dan daerah berikutnya yaitu batu parakek.
 
Yang membedakan antara daerah 1750 dan batu parakek adalah tanah tempat para pendaki berpijak. Di paninjauan,para pendaki seolah-olah berjalan menaiki tangga yang tercipta sendirinya melalui akar-akar pohon yang tumbuh disana. Sedangkan batu parakek,pendaki mulai berpijak di tanah yang bercampur batu cadas. Batu parakek juga dikenal dengan nama hutan lumut.
 
Satu sampai dua jam kemudian para pendaki akan sampai di daerah yang namanya mata angin. Sebelum sampai dimata angin,para pendaki harus melewati sebuah jalan sempit yang menyerupai gang kecil dan ditutupi oleh belukar yang tubuh subur dibagian atas lorong sempit tersebut. Daerah ini dinamai lubang mancik. Lubang mancik memiliki panjang hampir dua puluh meter,disini gelap,lembab dan harus merunduk untuk bisa melewatinya.
  Setelah melewati lubang mancik,maka pendaki akan sampai di kaki puncak. Berada disini,berarti pendaki sudah berada di ketinggian kurang lebih 2300 kaki dari permungkaan laut. Daerah paling bawah puncak ini bernama pintu angin.
Di pintu angin para pendaki dapat berkemah karena tekstur tanahnya yang tidak landai. Disini juga terdapat ceruk-ceruk yang berisi air hujan,dan dapat digunakan sebagai sumber air.di titik ini pendaki juga dapat menikmati panorama kota padang panjang,bukit tinggi,gunung singgalang dan tandikek,bahkan kota pariaman juga terlihat dari sini. 
Apabila perjalan dilanjutkan,sebaiknya para pendaki meninggalkan sebagian bawaannya diamata angin,karena jalur selanjutnya sangat berbahaya untuk dilewati. Jalur tersebut adalah cadas. Cadas memiliki kemiringan lebih dari 45’, dengan tekstur batuan yang rapuh satu sama lainnya dan berupa batu-batu yang tajam. Mendaki cadas memerlukan kewaspadaan yang tinggi untuk berpijak, karena bisa saja batu yang dipijak bisa berjatuhan dan itu membahayakan bagi pendaki yang berada dibawah. 
 Setelah sampai di puncak cadas,maka pendaki akan disambut oleh sebuah tugu. Tugu ini dibangun dengan tujuan mengenang seorang leader yang pernah menyelamatkan timnya dari kematian,tapi sebagai gantinya nyawa timnya dibayar dengan nyawanya sendiri. Banyak versi yang bereder seputar tentang cerita dibangunnya tugu itu,yang pastinya tugu itu dibangun untuk mengenang leader tersebut. Tugu itu bernama Abel Tasman, sesuai dengan nama sang penyelamat tersebut.
 
 Kira-kira satu kilo arah timur laut abel tasman,dengan waktu tempuh perjalanan setengah jam,dengan trek yang dominan datar, pendaki akan sampai di puncak tertinggi gunung merapi.akan tetapi sebelum sampai di puncak tersebut,pendaki akan melewati sebuah tanah luas yang sangat mirip dengan sebuah stadion sepak bola terbuka maka tempat tersebut dinamai lapangan bola.
 
Setelah melewati lapangan bola,rute perjalanan harus melewati bibir kawah yang masih aktif. Karena masih aktif,kawah tersebut selalu mengeluarkan asap dan gas belereng. Pendaki tidak boleh berlama-lama disini,karena gas yang dikeluarkan tersebut mengandung racun,walaupun kadarnya sangat rendah. Tetapi bisa mengakibatkan kepala pusing dan akan merasa ingin muntah.
 
Selepas bibir kawah,perjalanan dilanjutkan lagi dengan jalan tanjakan. Sesampainya di puncak tanjakan tersebut,dengan permungkaan datarnya hanya selus satu meter,Itu berarti pendaki sudah berada di titik tertinggi dari gunung merapi Sumatera Barat,dengan ketinggiannya hampir tiga ribu kaki.
Puncak tertinggi gunung merapi bernama puncak merapi. Disini, pendaki dapat menyaksikan kota solok, laut di padang, danau singkarak, puncak gunung kerinci Jambi,gunung Talamau Pasaman.Dan yang paling menarik adalah taman edelweiss.
Semoga berhasil dan kembali dengan selamat... 
dan tak lupa juga semoga di pendakian tidak hujan dan terjadi badai.
 
Mengutip : artikel puputindah.blogspot.

0 comments:

Post a Comment