Friday, 7 August 2015

Edisi Marapi, Gunung Bukan Tempat Sampah


Awal pendakian trip ke III di Gunung Marapi, 2891 Mdpl Sumatra Barat ini menjadi spirit baru untuk mengkampanyekan kepedulian ini, keadaan sekarang sungguh menyedihkan, tidak hanya di Gunung bahkan di tempat wisata (pagi-sore) *bahasa saya , sudah berserakan sampah di mana. Kalau di tanya apa yang ada di benak para penikmat wisata alam ini. 
tak jauh berbeda dengan kisah lainnya, saya bertemu Pa Ul, salah satu ratusan pendaki yang kita jumpa di puncak marapi, kami secara tak sengaja bertemu di tugu abel, tidak hanya sekedara say hello saja, tetapi cerita panjang lebar tentang krisis sampah di Marapi yang cukup menyedihkan. bagi sahabat - sahabat yang tidak percaya bisa datang langsung untuk mendaki gunung marapi, 2891mdpl. 

Rasanya ingin sekali bercerita tentang realita yang sekarang. tetapi kondisi dan emosional yang kurang stabil sehingga saya memutuskan hanya mengopy paste petisi Dari TrashBag community habis-habisan... 


selamat membaca...
Petisi Dari Trashbag community..
Mengapa banyak gunung yang berada di Indonesia selalu penuh dengan sampah? Bahkan menjadikan tak nyaman untuk kembali di daki. Sampah merajalela disepanjang jalur pendakian hingga puncak gunung. Apa salah alam yang telah memberi kita kesempatan menikmati indahnya ciptaan Tuhan? Ini semua pastilah ulah para pendaki yang "buta" dan tak peduli konservasi!

Enggan membawa turun hanya bungkus permen, snack, mie instan, dan kaleng / botol plastik minumnya sendiri. Seenaknya menjadikan gunung tempat sampah raksasa tertinggi. Terlalu! Detik ini berpartisipasilah bebaskan gunung dari sampah.

Tugas menghapus kebiasaan menjadikan gunung sebagai tempat sampah tertinggi di negeri ini atau di daerah sendiri, bukanlah petugas kebersihan atau pengelola taman nasional, melainkan kita sendiri selaku pendaki. Tak sulit, cobalah tips berikut ini:

1. Meminimalis Logistik Plastik
Sampai saat ini memang belum ada larangan membawa logistik berbungkus plastik, kaleng, dan lainnya saat mendaki gunung. Tapi bukan berarti seenaknya membawa bahan - bahan yang sulit lebur dengan tanah itu sebanyak mungkin. Alangkah bijaknya mengurangi jumlah logistik yang mencemarkan alam itu dengan logistik ramah lingkungan.

Contoh pada hari pertama pendakian bila berangkat pagi setelah sarapan, bawalah bekal untuk makan siang dan malam dengan nasi timbel atau lontong berbungkus daun pisang ditambah menu sesuai selera yang tidak cepat basi. Cara ini bukan cuma ramah lingkungan, pun lebih efisien karena tinggal memasak air untuk membuat minuman penghangat.

Bila membawa mie instan dalam jumlah besar, sebaiknya bungkusnya tidak perlu dibawa mendaki, kecuali bungkus bumbunya. Isinya disatukan dalam satu kantong plastik berikut bumbunya.

Lebih baik membawa minuman kotak dibanding kaleng, karena sampah minuman kotak lebih mudah lebur dan ringan dibanding kaleng. Tapi tetap saja kotak dan sedotannya harus dibawa turun. Kurangi membawa minuman air mineral dan lainnya dalam kemasan botol plastik dengan cara membawa wadah air yang praktis dan dapat dipakai / diisi berulang - ulang.

2. Turunkan Sampah Sendiri
Biasakan dalam setiap pendakian menyediakan wadah khusus untuk menurunkan sampah sendiri dan kelompok mulai dari yang kecil seperti bungkus permen, bekas pembalut ( bagi perempuan ) sampai yang paling besar seperti bivak atau ponco yang robek. Wadah khusus sampah kelompok harus kuat agar ketika dibawa turun, sampahnya tidak tumpah atau tercecer.

3. Gunakan Tenaga Bantuan
Bila keberatan menurunkan sampah sendiri ataupun kelompok, gunakan tenaga bantuan khusus untuk menurunkannya. Misalkan porter khusus mengangkat logistik dan menurunkan semua sampahnya. Tentu butuh biaya tambahan untuk itu.

4. Briefing Sadar Konservasi
Pimpinan pendakian kelompok kecil maupun massal yang diorganisir oleh organisasi pecinta alam maupun komunitas, harus memberikan briefing sadar konservasi kepada seluruh pesertanya. Dan mewajibkan setiap peserta menjaga kelestarian gunung, minimal dengan menurunkan sampah sendiri.

5. Tidak Buang Sisa Makanan di Mata Air dan Alirannya
Sisa makanan seperti nasi, mie, dan lainnya sebaiknya dipendam dengan tanah jauh dari sumber air. Jangan didiamkan begitu saja. Jangan mencuci perlengkapan masak di mata air apalagi buang air besar dan kecil. Ambil air di sumbernya lalu cucilah perlengkapan masak di tempat yang agak jauh, begitu juga bila berak dan kencing.

6. Tidak Bakar Sampah di Gunung
Selain merusak dan meninggalkan bekas yang tak sedap dipandang mata, membakar sampah di gunung juga rawan kebakaran hutan. Ini sudah kerap terjadi di beberapa gunung. Jangan pula sembarang membuang putung rokok di semak belukar terlebih pada musim kemarau. Jalan terbaik, bawa turun sampah sekecil apapun.

7. Tidak Bertindak Vandalisme
Cukup tinggalkan jejak langkah, bukan coret - coretan di batu, kayu, maupun di pos / shelter pendakian. Cukup ambil / rekam gambar, bukan ambil fauna dan flora milik hutan gunung. Tak perlu menuliskan nama dan kelompok di gunung hanya untuk sekadar membuktikan kalau sudah sampai di puncak tertinggi. Coretan hasil vandalisme yang bukan pada tempatnya itu sungguh merusak pemandangan.

8. Mengecek Logistik Pendaki
Biaskan setiap pendaki membuat list logistik pendakiannya. Sedangkan pengelola gunung dalam hal ini petugas taman nasional harus mengecek list tersebut di kantor ataupun basecamp titik awal pendakian, dan mewajibkan setiap pendaki menurunkan sampah dari logistiknya.

9. Patuhi Aturan dan Sanksi Tegas
Senantiasa mengindahkan aturan yang berlaku. Pengelola gunung harus memberi sanksi tegas kepada pendaki perorangan maupun kelompok yang terbukti tidak menurunkan sampahnya sesuai list logistiknya ataupun melakukan tindak vandalism. Sanksinya bukan cuma larangan mendaki lagi ke gunung tersebut dan gunung lainnya selama periode tertentu, tapi juga membayar denda berupa uang untuk biaya operasional pengangkutan sampah tersebut.

10. Tebus 'Dosa' dengan Aksi Bersih Gunung
Bila sebelumnya pernah melakukan dosa membuang sampah di gunung sekecil apapun itu, tebuslah dengan melakukan aksi bersih gunung saat mendaki gunung itu lagi. Bagi komunitas pendaki baik komersil maupun non profit, sebisa mungkin melakukan aksi bersih gunung dalam setiap pendakian massalnya. Jangan hanya jadi ajang pelampiasan ambisi pribadi ataupun usaha menarik keuntungan semata. Alangkah bagusnya diiringi dengan kegiatan bernilai konservasi minimal bersih gunung atau melakukan reboisasi dan lainnya.

11. Sebarluaskan Aksi Green Climbing
Pemahaman tentang green climbing mountain harus disebarluaskan kepada pendaki pemula maupun kelompok pecinta alam baru lewat milis, jejaring sosial, diskusi, pendidikan dasar kepecintaalaman di sekolah, kampus, dan lainnya. Tanamkan kesadaran bahwa hutan, gunung, dan isinya adalah harta tak ternilai, investasi masa depan untuk kehidupan generasi berikutnya.

Apabila langkah di atas diindahkan setiap pendaki, terutama step 2, rasanya gunung - gunung populer sekalipun padat pendakinya, bisa terbebas sampah.

Prospek Cerah

Perlu diketahui, gunung - gunung di negeri ini pun menjadi tujuan obyek wisata petualangan yang berprospek cerah karena kian diminati pendaki mancanegara. Bila dikelola dengan baik, ke depan obyek ini berpeluang menjaring pendaki mancanegara dalam jumlah yang lebih besar.

Bila semua gunung populer kita bersih, asri, dan lestari ( baca: bebas sampah ), pasti pendaki asing akan senang dan puas, lalu memberikan citra positif dan menceritakan ke rekannya sesama pendaki. Sebaliknya bila kotor, bisa jadi bumerang. Mereka akan menginformasikan betapa joroknya prilaku segelincir pendaki kita hingga mungkin bisa membuat mereka enggan mendaki lagi atau pendaki asing lainnya pun mengurungkan niatnya mendaki.

Ingatlah perilaku jorok kita di gunung, dapat merusak imej seluruh pendaki di mata dunia.

0 comments:

Post a Comment